Tips

MENGENAL CODE YANG TERDAPAT PADA MOTOR
Kadangkala kita hanya mengetahui hanya beberapa bagian dari kode yang tertera pada motor.
hal kecil ini sering kita abaikan padahal fungsinya sangat penting.
ok... kita mulai...

1. Fungsi ress dari keran Bensin
Fungsi ress adalah untuk mengaktifkan bensin cadangan, jika dimana kita kehabisan bensin dengan posisi jarum menunjukan E (Empty/ Erep), kita jangan dulu panik coba putar posisi keran bensin dari posisi on ke posisi ress baru coba hidupkan motor. biasanya jika masih normal bensin cadangan tersimpan 2 - 3 liter, setelah hidup baru cari pom bensin terdekat.
tapi jika ga mau hidup baru boleh panik....he...he...he... (becanda bro).
Tapi klo ga mau kejadian diatas menimpa kita, jangan lupa isi bensin apa lg klo perjalanan jauh wajib hukumnya full tank. klo untuk sehari2 g full jg ga pa pa maklum uang lg susah, saya jg beli pertamax nyicil kadang 10rb paling besar 20rb. klo bensin kayanya ga masuk....he..he..he...(nyombong dikit)


2. Cara Baca Kode pada Ban

Setiap ban  tentunya terdapat kode, kode ini memberikan subuah informasi untuk mengetahui ukuran, kekuatan, kecepatan dan umur dari ban tersebut. Dalam pembacaan kode ban tersebut tidak dapat secara langsung dapat terbaca melainkan ada trik untuk membaca kode dalam ban tersebut.
Ada dua macam kode ban yang biasa digunakan yaitu kode Imperial dan Metric.
Pada ban sepeda motor terdapat kode yang berupa angka atau huruf misalnya 4.60-H-18 4PR atau 130/90-16 67H. Apa saja informasi yang bisa kita dapat dari kode tersebut? Dibawah ini kita bahas sebagian diantaranya.
Contoh kode Imperial
4.60-H-18 4PR
* 4.60 menyatakan lebar ban ( dalam satuan inchi )
* H menunjukkan batas kecepatan pemakaian
* 18 menunjukkan diameter velg / rim ( dalam satuan inchi )
* 4PR menunjukkan kekuatan ban yang didasarkan pada kekuatan serat kain ban/ ply rating
4PR berarti penggunaan lapisan kain dari bahan nilon didalam carcass berindikasi kekuatan setara dengan 4 lapisan kain ban.
Untuk kode Imperial, aspect ratio (perbandingan tinggi ban terhadap lebar ban) didasarkan pada nilai 100 % (tinggi ban sama dengan lebar ban).
Contoh kode Metric
130/90-16 67H
* 130 menunjukkan lebar ban (dalam satuan mili meter)
* 90 menunjukkan perbandingan tinggi ban terhadap lebarnya.
90 berarti perbandingan tinggi ban 90 % dari lebarnya. Jika lebar 130 mm, maka tinggi ban 90 % x 130 mm = 117 mm. Aspect ratio yang kecil akan meningkatkan stabilitas dan handling kendaraan.
* 16 menunjukkan diameter velg / rim (dalam satuan inchi)
* 67 menunjukkan beban maximum yang diperbolehkan (load index / LI). LI 67 berarti beban maksimum yang dapat ditanggung sebesar 307 kg.
* H menunjukkan batas kecepatan pemakaian (sama seperti pada contoh diatas)
Note:
- Q untuk kecepatan maksimal 160 km/jam.
- S untuk kecepatan maksimal 180 km/jam.
- T untuk kecepatan maksimal 190 km/jam.
- U untuk kecepatan maksimal 200 km.jam.
- H untuk kecepatan maksimal 210 km/jam.
- V untuk kecepatan maksimal 240 km/jam.
- W untuk kecepatan maksimal 270 km/jam.
- Y untuk kecepatan maksimal 300 km/jam.
- Z untuk kecepatan di atas 240 km/jam.
Selain itu, ditunjukkan pula kode empat angka yang terdapat di sisi ban. Misalnya, 2201. Angka tersebut menyiratkan periode produksi ban. Dua angka pertama menunjukan minggu, dua angka terakhir berarti tahun pembuatan. Jadi kalau dibaca, kode di atas berarti, ban diproduksi pada minggu ke-22 tahun 2001. Kode angka ini penting, mengingat semakin lama ban tersimpan, semakin rentan terhadap kerusakan akibat mengerasnya kompon ban/ kadaluarsa yang biasanya umurnya sudah lebih dari 3 tahun.
Jadi ketika kita akan membeli ban dengan merk yang berbeda perhatikan kodenya, dan periksa apakah sama spesifikasinya dengan ban yang sebelumnya kita gunakan (jika masih standar, dan jangan pernah sekali2 memaksakan memakai ban besar yang tidak sesuai dengan lebar velk,...bahaya) dan satu lagi yang paling penting lihat umur ban jangan lebih dari 3 tahun.



3. Membaca Kode pada Oli Mesin.

Dalam istilah oli mesin kekentalan biasa dikenal sebagai viskositas. Sebenarnya viskositas ga sama dg kekntalan. Tingkat kekentalan suatu oli mesin mengacu pada lembaga SAE berdasarkan table SAE J 300 th 1999. Ada sekitar 30 jenis kekentalan SAE yg dikenal selama ini, diantaranya seperti SAE SAE 40, SAE 10w, SAE 20w50,SAE 15w50,SAE 10w40,SAE 15w40 dst.

Selama ini mungkin para biker hanya tahu kalau tingkat SAE itu cuma membedakan encer dan kentalnya suatu oli mesin. Padahal makna SAE sesungguhnya lebih dari itu. Makna yg mungkin tidak terfikirkan selama ini, Makna yg justru paling menentukan bagi nasib kondisi mesin motor Anda!!!


Pertanyaannya sekarang :
Apa makna sesungguhnya dari kode SAE tsb? Yg mana tingkat kekentalan oli mesin yg cocok utk motor? SAE20w50,10w40,15w40 atau 15w50? Benarkah kalau “tarikan enteng”pake oli encer, menandakan oli yg dipake cocok utk motor Kita?


Sekarang mari kita coba bahas satu persatu tingkat kekentalan oli mesin yg ideal buat motor!!

Umumnya tingkat kekentalan utk motor, bila dilihat dari kondisi iklim di Indonesia , performa mesin dan hasil pengujian,idealnya dapat dibagi 4 jenis yaitu: SAE 20w50, 10w40, 15w40, atau 15w50.

Sekarang Kita lihat kelebihan dan kekurangan masing2 tk. SAE ini.

- SAE20w50
Makna sesungguhnya : oli mesin yg masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin -10 sd -15 C (kode 20w) dan pd suhu 150 c dg tkt. kekentalan tertentu.

Oli jenis ini relative kurang efisien dalm pemakain BBM namun sangat baik dlm perlindungan/perawatan mesin, khususnya utk kondisi jalan di Jakarta yg sering macet, jarang berjalan jauh, polusi dan beban berat.

Pd kondisi ini dikenal dg istilah “boundary lubrication”, dimana pada kondisi tsb. lapisan oli sangat tipis diantara celah mesin yg cenderung berpotensi terjadinya kontak antara logam dg logam. Oli jenis ini relative paling kecil nilai viskositas indeksnya (VI), diantara 3 jenis oli lainnya (minimal utk. oli mineral/semi sintetis 120, utk. sintetis 145).

Semakin banyak aditiv viscosity index improver, semakin sensitif oli/kurang baik buat mesin motor -utamanya terhadap stress di gear. VI = ukuran kemampuan suatu oli mesin dalam menjaga kestabilan kekentalan oli mesin dalam rentang suhu dingan sampai tinggi. Semakin tinggi VI semakin baik kestabilan kekentalannya.Utk oli mobil, VI tinggi akan sangat baik dimesin. Utk motor bisa sebaliknya.

- SAE15w50
Makna sesungguhnya : oli mesin yg masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin (minus) -15 sd -20 C (kode 15w) dan suhu 150 c dg tk.kekentalan tertentu. Jenis oli relative sama dg SAE20w50. Sedikit yg membedakan adalah sedikit lebih encer dan nilai VI lebih tinggi dari 20w50. (minimal utk. oli mineral 130, utk. sintetis 150) Semakin tinggi nilai VI artinya adlah semakin banyak pemakaian aditif peningkat angka VI.
Utk motor hal ini sangat riskan. Aditif ini relative sensitif digunakan utk motor yg menyatukan oli mesin dan gigi (wet clutch). Artinya oli jenis ini relative lebih mudah berubah kekentalannya dibandingkan 20w50.

- SAE10w40
Makna sesungguhnya : oli mesin yg masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin -20 sd -25 C (kode 10w) dan suhu 150 C dg tk.kekentalan tertentu .

Jenis Oli yg relative paling encer diantaranya ke3 jenis oli lainnya. Oli ini relative paling irit BBM, namun kurang baik dalam perlindungan mesin. Terutama pada kondisi jalan sering macet dan beban berat.(mis.sering dipake boncengan) Relatif sama dg SAE 15w50, dalam hal pemakaian aditif peningkat angka VI. (minimal utk.oli mineral 130, utk.
sintetis 150) Apakah berarti paling bagus? Belum tentu!
Semakin banyak kandungan aditif peningkat angka VI, semakin besar kemungkinan peluang pecahnya aditif VI-nya dan berubah kekentalannya.

Ukuran perubahan kekentalan oli biasanya dipakai batasan sampai 25-30% dari kekentalan awal/oli baru. Agak sulit memang indikatornya soalnya Cuma lab. yg bisa memastikan hal ini. Kalaupun Anda ingin tetap memakai oli jenis ini, saran saya, perhatikan jarak pergantian olinya lebih awal. Kalau Anda merasa suara mesin sdh agak berbeda sedikit aja..cepet2 ganti dah..

- SAE15w40
Makna sesungguhnya : oli mesin yg masih mampu dipakai sampai kondisi suhu dingin -15 sd -20 C (kode 15w) dan suhu 150 C dg tk.kekentalan tertentu. Nilai VI ,minimal utk.oli mineral 125, utk. sintetis 145.

Hasil pengujian di motor sebenarnya menunjukkan oli jenis ini yg paling pas. Oli jenis ini relative paling stabil kekentalannya dibandingkan yg lainnya. Masalhnya oli jenis ini jarang diaplikasikan utk motor. Biasanya jenis SAE ini, dipakai utk kendaraan jenis mesin disel, yg membutuhkan kestabilan kekekntalan dalam jarak jauh dan kondisi ekstrim pada mesin disel. sebagai tambahan aditif Vi adalah seny. kimia kopolimer -rantai panjang- yg mampu beradaptasi pd suhu rendah dan tinggi ttpi sensitif thd. stress di gear..

Selain hal diats, hal yg terkait dg perlindungan mesin motor adalah factor tingkat kode API dan kode JASO MA.

Jenis SAE lainnya sah2 saja dipake sejauh Anda tahu dan paham menyiasati oli tsb. Namun utk kondisi di Indonesia dan performa motor “wet clutch” , tingkat SAE diats ga ada salahnya-alias “kudu”- jadi prioritas pilihan Anda. Namun tentu semuanya kembali kepada Anda semuanya…mana menurut Anda yg palin cuocook utk tunggangan Anda.
tapi yg palig penting lagi dr semua hal diats proporsinal-lah dalam menyiasati oli mesin...